top of page
Search

Tulisan di bawah langit malam ini.

Updated: Jan 23, 2024

Sudah di bawah sinar bulan pun, rasanya sulit sekali mengumpulkan kata untuk ditulis menjadi sesuatu yang layak terbaca. Yap, kubawa kursi tunggal dan kutaruh di tengah halaman rumah malam ini, tidak tepat ke tengah, namun posisi ini layak untuk diperhitungkan. Ngomong-ngomong malam ini cuacanya cerah sekali! Aku sampai-sampai gak bisa berhenti memandang langit! Rasanya dia semakin terlihat luas dan terang, lapang seperti hati yang kuharapkan selalu terasa begitu. Bintang-bintang yang kulihat malam ini tidak begitu kelihatan, cahayanya kalah dengan sinar rembulan yang berkilau dengan percaya diri, seperti aku yang semoga bisa seterang itu nanti.

Hari ini juga ramai sekali, tetangga tepat sekali di depan rumahku menyetel musik keras-keras, genre lagunya... hmmm alunan gendang dan suara nyanyian berbahasa Jawa yang khas sekali. Diam-diam, walau cukup mengganggu... aku juga jadi agak menikmatinya??? Haha... Setidaknya ini jadi terasa ramai, perasaan tidak merasa sendirian adalah hal menyenangkan sesekali.


Jadi, perasaan malam ini benar-benar terasa menyedihkan untuk diriku sendiri. Dan... kelihatan payah ya, untuk seseorang yang telah menginjak usia pertengahan 20an, masih bisa duduk-duduk bersantai sendirian, dengan laptop yang jarang sekali dia gunakan, tepat di bawah bulan yang masih bersinar terang, kelihatan sekali kalau tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Tapi... aku tahu tapi.. setidaknya sekarang sebelum besok, ada hal yang bisa kutulis dengan nyaman, di tengah ketidaknyamanan yang mengejar-ngejar garisku.


Kalau bisa memanggil, "Skan... aku lelah sekali" ucapku pada tokoh fiksi yang kubuat-buat. Bulan kecil malam ini, tolong maafkan aku karena masih payah sekali membawa diriku. Kalau dibaca-baca lagi, dari sekian banyak tulisan yang ada dengan penuh perasaan ku tulis di sini, bagian ini yang paling berantakan dan menyesakkan untuk dibaca. Padahal, sudah duduk tepat di bawah rembulan...


Apa ini, tidak akan ada yang baca kan? Baiklah, pukul 21.12 malam... bukankah sudah waktunya untukmu masuk ke rumah? Entah ya atau tidak karena detik ini musiknya telah berhenti bernyanyi, tapi baru saja sampai ke detik selanjutnya lagunya di mulai lagi, haha. Kututup gerbang dulu, jadi mohon sebentar....


Aku kembali! Jadi pelan-pelan, awan gelap mulai menelan cahaya bulan, ini.. bukan tanda-tanda aku harus kembali ke dalam rumah kan. Dan juga... suasananya tidak akan tiba-tiba menjadi menyeramkan, kan? Tidak, genre malam ini tidak bisa berubah begitu saja, walau angin dingin sesekali berhembus menelisik di sela-sela serat jaketku. Perutku yang sulit dikompromi ini, mulai bergejolak tidak jelas. Dan Mamaku yang seperti "ngerti banget" tiba-tiba muncul dan menyudahi hal kekanak-kanakkan ini. Jadi hingga kalimat sebelumnya selesai, aku sudah duduk dengan damai dan hangat di ruang belajarku lagi. Udara yang serta merta berubah terasa panas dan tidak semenyenangkan udara di bawah bulan. Tapi sesuatu yang kurang menyenangkan, biasanya hal paling aman untuk tinggal.


Dan seperti tulisan ini yang belum selesai-selesai, aku tak tahu kalau ternyata aku bisa kembali menulis banyak hal dan memikirkan sesuatu hingga bisa kutuangkan lagi di sini. Walau diksi dan kata sederhana yang terus berulang, kuharap, masih bisa terbaca oleh aku nanti di lain waktu dengan perasaan "tidak ingin mengoreksi apa yang pernah kutulis sebelumnya" untuk sekedar menyempurnakan juga agar lebih enak dibaca.


Juga tentang beberapa waktu yang lalu selama proses menulis ini, ketika satu dari dua temanku membalas pesan tentang bulan yang dihantam dengan realitas kehidupan, aku yang belum bisa berbuat banyak hanya bisa bilang "nanti" entah sampai kapan. Rasanya, lemas sekali, atau nyaris tidak terasa apa-apa. Mungkin saat "nanti", teman-temanku sudah sampai menginjak-injak bulan, dan aku yang tak bisa terbang hanya mampu menatap dari kejauhan, seperti ini, tadi dan barusan yang telah menjadi masa lampau yang tak bisa dijangkau. Dan ternyata tidak tahu ingin menulis apa lagi... mungkin setelah ini tulisan yang berantakan ini akan berakhir. Dan aku akan menghembuskan napas panjang dan mengembalikannya, untuk melegakan sesuatu yang tak pernah tertahan.


Perutku juga.. mulai marah karena aku yang bersikap sembarangan. "Sok-sokkan sekali" ujarnya, perutku yang pemarah. Dan yah... sudah dulu ya, baiknya memang mengistirahatkan lagi supaya besok kembali penuh untuk berjalan ke tempat yang membuat tidak nyaman itu. Enggak suka, tapi sesuatu yang harus. Semoga... semoga saja besok, hariku baik dan semuanya membaik.

Tuhan, Ya Allah.. berikan aku kekuatan, agar aku tidak gugup, agar aku tidak begitu saja meluapkan air mata yang sudah berkaca-kaca ingin pecah. Walau sudah terbiasa demikian, tidak ada alasan untuk tidak terlihat kuat karena ini biasa. Jadi Tuhan, Ya Allah, semoga hal-hal yang telah berlalu dan kusia-siakan, bisa kuperbaiki dengan baik untuk ke depan. Agar setidaknya waktu yang berusaha mengejar langkahku yang nanti bisa kujalankan lebar-lebar. Dengan bangga, dengan bahagia, dengan tenang tanpa merasa khawatir akan sakit, akan dampak yang disebabkan.


Enggak perlu bisa terbang tinggi-tinggi, setidaknya, berlari, boleh, kan?


-drh


 
 
 

Comments


bottom of page