top of page
Search

Tanpa Aku & Kepada Noor

Updated: Jan 23, 2024

Salah satu penemuan terbaik di tahun ini adalah mengenal dua lagu yang penuh makna milik Panji Sakti. Satu-satunya dua lagu yang kuputar lebih dari 2x di tahun ini. Karena sudah sejak lama kurasa, bahwa aku tidak lagi perlu mendengarkan lagu-lagu yang tidak ada baiknya, seharusnya sejak dulu. Seseorang yang berharga juga memberiku alasan untuk lebih enggan lagi mendengarkan lagu-lagu apa pun itu. Karena katanya, "Aku sudah tidak pernah lagi dengar lagu-lagu sekarang, lebih sering dengar murottal", indah, walau ternyata bukan sebuah kalimat yang akan abadi bisa demikian, ternyata, sayangnya. juga hal-hal yang berhubungan tentang barisan daftar salah satu miliknya yang tak ingin lagi kulihat karena terus terasa menyakitkan, sayangnya juga tak pernah coba ia hapuskan dengan niatan dari hatinya atas setidaknya kehati-hatian padaku, sempat kuharapkan -karena sempat katanya akan ia hapuskan, ternyata sama sekali tidak-.

Bukan... kurasa, itu akan terus ada di sana sampai milikku yang mati sendiri, sampai aku yang bisa terus bertahan untuk memalingkanku dan tak lagi punya rasa ingin melihat sesuatu yang tidak perlu kulihat lagi, karena teramat sangat menyakitkan. Yah, aku ga terlalu peduli *harapku*, mau bagaimanapun, aku tidak ingin memikirkan apa-apa lagi yang menyulitkan hatiku dan sungguh mengotori hatiku dan membuatku paling sedih akan ketidakmampuanku menjaga hatiku kalau sampai itu sungguh memengaruhiku.

Aku hanya tidak mau kalah dalam hal kebaikan seperti yang seharusnya kulakukan, dan satu-satunya yang tidak pernah goyah selama ini, tentang hal-hal baik darinya yang terus membuatku juga ingin baik, bagian dari dirinya yang selalu kuanggap begitu, walau tidak peduli pada akhirnya itu hanya kesementaraan dari hatinya yang mudah sekali berubah, setidaknya aku ingin berlomba dengan tiap-tiap niat baiknya yang pernah terucap dan kudengar lalu kuyakini dengan sepenuh hati, yang masih menjadi alasan yang mampu membuatku selalu ingin terus menjadi lebih baik karenanya. Seperti belati bermata dua.

Tapi, bolehkah aku sesekali memutar lagu Tanpa Aku dan Kepada Noor?


Tanpa Aku memberiku ketenangan dan jawaban yang menjadi penghiburan pada hatiku yang lumayan lelah akhir-akhir ini. Yang menguatkanku melalui jalanan terjal sendirian, tentang bagaimana mencintai hidup adalah keharusan, kan? Bukankah sudah jelas kamu mengerti kalau Allah yang memberikan skenario terbaik untuk menjadikan kamu sebaik-baiknya manusia dalam setiap langkah yang sedang kamu capai? Dan aku yang semakin tenang meyakini, bagaimana Allah sebaik-baik teman dan bantuan dalam perjalanan yang perlu kulewati sendirian untuk sampai kepada-Mu. Kurasa air mata yang berkali-kali jatuh setiap kali mendengarkan tiap-tiap makna yang kadang kuartikan sendiri, menjadi curahan kerinduanku bagaimana seharusnya aku bisa menjalani ini untuk sebaik-baiknya akhirnya berakhir di sisi-Mu nanti. Tentang bagaimana menjalani hidup yang kali ini bukan lagi tentangku, tanpa aku berarti tentang bagaimana aku yang harus memperbaiki niatku semata-semata agar tertuju hanya kepada Engkau, melebihi setiap masalah yang kuanggap besar dan terasa menyakitkan, kurasa tidak ada lagi yang perlu diragukan, bagaimana penciptaanku sendiri juga untuk senantiasa tertuju pada-Mu, sebaik-baiknya lumbung keabadian, tempat pulang yang tidak ada lagi perpisahan, dan cinta yang tak akan pernah terasa menyakitkan. Tempat peristirahatan yang menghentikan setiap rasa dan luka yang tidak akan lagi akan kurasakan di sana. Dan tentang orang-orang yang kuharapkan bisa kutemui lagi karena terasa terlalu menyakitkan menemuinya di sini, walau masih kuharapkan ingin kutemui lagi Ia, masih di tempat yang sama dengan cerita berbeda yang Engkau perbaiki, yang kali ini, nanti, bisakah kumohonkan, dengan cinta sepenuh jiwa yang menentramkan? Walau sekarang masih tanpa apa dan tanpa aku juga hanya Engkau. Bisakah nanti Aku berjalan beriringan? Dengan curahan yang membukukan rindu yang selama ini kusimpan dalam-dalam.


Kepada Noor, kuharapkan kamu tidak merasa terlalu sendirian, tahukah kamu kalau doaku tidak bisa berhenti menuju ke langit-langit yang kupeluk erat dalam setiap sujud-sujudku? Bisakah kau hitung ia sebagai temanmu? Bisakah kita hanya bertemu di sana untuk sementara dan kuharap tunggu sebentar saja? Di antara langit malam, di telaga, dan di ujung daun itu yang belum ada di mana-mana. Bisakah tentang rindu adalah perjalanan mengurai waktu, menjelma pertemuan demi pertemuan yang tidak lagi tercatat dalam perjalanan entah hingga sampai kapan yang kuharapkan bisa cepat sampai? Sampai Allah inginkan kalau mungkin saja harapanku juga harapan-Nya untukku adalah hal yang sama? Sampai rindu mengekal menyebut namamu, berulang-ulang, walau tanpa kata-kata yang tidak lagi bisa mewakilkan. Biar kususuri setiap keindahan dan kusematkan dalam tempat yang kusimpan dalam-dalam, kali ini biar aku, Tanpa Aku, biar cinta-Nya yang menjawabku, nanti, denganmu yang mencintai-Mu, dan hanya aku.


-drh


 
 
 

Commentaires


bottom of page